SOSIAL BUDAYA
Orang-orang sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Sistem keluarga dalam suku Sunda
bersifat parental, garis keturunan ditarik dari pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan orang Sunda. Konsekuensinya, meninggalkan agama berarti melepaskan diri dari/memutuskan diri dari suku bangsa dan adatnya, dengan demikian juga diputuskan dari hubungan keluarga.
Ada tiga unsur pimpinan di desa, yaitu pemimpin agama dan struktur lembaga yang resmi (seperti kiai, ustad dan imam), pemerintah desa (seperti lurah, camat dan tokoh masyarakat lain), dan tokoh spriritual yang tidak berstruktur namun mempunyai kekuatan mempengaruhi massa (seperti penghulu, dan lain-lain). Orang Sunda adalah orang-orang yang gembira dan ramah, terkenal suka akan pertunjukan humor (yang mereka sebut ngabodor). Dalam mengemukakkan sesuatu, orang Sunda cenderung menggunakan cara yang halus untuk menghindari kemungkinan menyinggung
perasaan orang lain. Karenanya, berkata "tidak" secara tegas bukan kebiasaan orang Sunda.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak beragama
Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Selatan. Praktek-praktek sinkretisme dan mistik masih dilakukan, seperti memberi tumbal kepala kerbau atau kambing sebelum mengolah tanah atau mendirikan bangunan, kebiasaan para nelayan memberi sesajen pada Nyai Roro Kidul pada hari Kliwon dibulan Maulid, dan lain-lain. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta. Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong). Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, Adalah lakon pantun Lutung Kasarung, salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
KEBUTUHAN
KEBUTUHAN orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan
taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia berupa: pendidikan, pembinaan, dll.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat : sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru : "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba !" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
- Berdoa agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku Sunda, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
- Berdoa agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan hidup suku Sunda
- Berdoa bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi suku Sunda yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Dari: